@ssalamualaikum wr, wb pak ustadz..
pak'..sekarang ini saya menjalani yang namanya pacaran...
yang ingin saya tanyakan :
apa yang saya harus lakukan terhadap "pacar" saya tersebut ketika tahu bhwa "pacaran dalam islam itu diLarang.!" {saat ini saya merupakan 'kader' pks pak dan sebelum saya menjadi 'kader' saya sudah menjalani pacaran tsb pk'.dan masalah ni belum saya konsultasikan dengan murrabi saya}
terima kasih atas waktu-nya pa' ustadz..
semoga jawaban dari pak' ustadz dapat memberikan solusi positif.
jzkllah.
Andi Iqbal
JAWABAN:
Walaikumussalam Wr. Wb
Bersyukurlah kepada Allah SWT yang telah memberikan
hidayahnya kepada kita, Dia telah memberikan petunjuk dengan mengenalkan kita
kepada jalan dakwah, jalan yang pernah ditapaki dan dilalui oleh para Nabi dan
orang-orang sholeh. Dia telah mengenalkan kita bergabung dengan kafilah dakwah
yang mubarokah insya Allah, Yang telah memperkenalkan kita memahami hukum Islam
dan mengerti masalah agama. Semua itu karena Allah menghendeki kebaikan kepada
kita semua. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, maka
Allah memahamkan padanya tentang agama” (HR: Bukhori-Muslim)
Dengan bergabungnya kita di
kafilah dakwah sehingga memahami hukum-hukum agama, akhlak Islam dan ajarannya,
maka insya Allah kita telah “dihantarkan” Allah kepada kebaikan.
Salah satu tanda syukur kita
kepada Allah SWT adalah menjalankan petunjuk dan ajaran Allah SWT semampu yang
bisa kita lakukan. Dengan begitu, maka kita akan mendapat limpahan nikmat
lainnya yang saat ini belum Allah berikan. Sebaliknya,
salahsatu tanda kufur nikmat adalah melanggar aturan dan ajaran Allah SWT.
Firman Allah SWT:
لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS.Ibrahim: 7)
Islam telah mengatur tata cara hubungan kita
pada Allah, pada manusia dan semua makhluk. Termasuk mengatur hubungan
laki-laki dan perempuan, baik kepada sesama keluarga (mahram) maupun pada orang
lain (bukan mahram).
Beberapa petunjuk Rasulullah saw tentang
hubungan laki-laki dan wanita yang bukan mahram antara lain:
وعن عقبة بن عامرٍ رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال: إياكم والدخول على النساء ! فقال رجلٌ من الأنصار: أفرأيت الحمو ؟ قال:
الحمو الموت ! متفقٌ عليه.
Dari Uqbah bin Amir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Jauhilah olehmu masuk kepada perempuan-perempuan!” maka seorang lelaki kaum
Anshor bertanya, “Bagaimana jika dengan ipar suami?” Beliau menjawab, “Ipar
suami adalah kematian(musibah)” (HR: Bukhori-Muslim)
وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال: لا يخلون أحدكم بامرأةٍ إلا مع ذي محرمٍ متفقٌ عليه.
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Janganlah sekali-kali seorang dari kamu berkholwat (berduaan) dengan wanita
kecuali bersama mahramnya.” (HR: Bukhori-Muslim)
Dari hadits di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan hukum:
- Dilarang bagi seseorang
untuk berduaan bersama ipar suami atau isterinya yang berlainan jenis,
karena akan mendorong kepada perbuatan tercela. Bahkan Imam Nawawi
menyatakan bahwa kemungkinan terjadi fitnah dan keburukan bersama ipar
lebih besar dibanding besama wanita lain. Karena dia tidak dicurigai orang
lain sehingga akan leluasa melakukan sesuatu yang tercela.
- Dilarang berduaan antara
laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya tanpa ada kebutuhan yang
diperbolehkan, kecuali didampingi
Persoalannya adalah bagaimana sikap
seseorang saat sebelum menjadi kader telah berpacaran (khalwat),sedangkan saat
ini dia telah menjadi kader dan sadar? Sementara barangkali dia khawatir bila sang
pacar menjadi kalut, kaget dan stress bila ditinggal atau “diputus” oleh Anda?Atau
bisa jandi Anda juga khawatir kehilangan si dia?
Dari keterangan di atas, maka dapat diambil
beberapa opsi sikap:
Pertama, Jika Anda khawatir akan kehilangan
atau berpisah dengan pacar Anda maka:
- Yakinlah dengan firman Allah swt bahwa Allah akan menjodohkan
laki-laki yang baik dngan perempuan yang baik pula. Juga sebaliknya.
Firman Allah SWT:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ
لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS.An-Nur: 26)
- Yakinlah bahwa bahwa pacaran tidak akan menjamin mengantarkan
kita pada perjodohan, bahkan karena pacaranlah banyak orang stress,
menyita waktu dan hilangnya kesempatan sukses. Bahkan banyak yang gugur
sebelum berkembang.
- Yakinlah bahwa apabila kita berada pada jalan Allah, maka Allah
pasti akan memudahkan jalan-jalannya, termasuk mendapat jodoh yang sesuai
dengan kriteria kita. Firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan
orang-orang yang bersunguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Kedua, Adapun sikap Anda pada pacar Anda,
maka jika Anda dan dia belum siap menikah saat ini, sampaikan hal-hal berikut
ini dengan cara hikmah dan bijaksana:
- Jelaskan pada pacar, bahwa hukum pacaran -sebagaimana yang
dipahami orang Indonesia sebagai kenal dan berdua-duan- adalah haram
sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, dan bahwa pacaran lebih banyak
dampak netagifnya dari pada positifnya
- Yakinkan bahwa pacaran tidak menjamin akan berlanjut ke
pernikahan (jodoh).
- Menjelaskan padanya, bahwa Anda takut kepada Allah. Sampaikan,
bahwa jika “kita” mau lanjut ke pernikahan, hendaknya saling bersabar
dengan tidak pacaran, hingga Allah menjodohkan Anda dan dia jika Allah
menghendaki. Namun selama belum akad, Anda jangan berhubungan lewat apapun
dengan dia agar tidak ada peluang syetan untuk menggoda. Tapi Anda boleh
berhubungan dengan saudara-saudaranya yang lelaki atau ayahnya.
- Sampaikan dakwah Anda kepada dia, ajak dia untuk mengikuti
halaqah yang diadakan akhwat-akhwat kader, konsultasikan hal ini kepada
murobbi Anda
- Tetap jadikan hubungan baik Anda dengan dia dan keluarganya
sebagai asset dakwah, bagian orang yang perlu mendapat sentuhan dakwah.
Karena itu lakukan hal-hal di atas dengan cara hikmah dan bijaksana.
Ketiga, Jika saat ini Anda dan dia sudah
siap ke jenjang pernikahan, maka Anda boleh melamarnya, namun sampaikan visi
misi Anda dalam pernikahan padanya, apalagi Anda telah menjadi kader dakwah,
serta tanyakan kesiapan sang “pacar” untuk mengikuti langkah Anda dalam
menggapai ridlo Allah SWT di jalan dakwah. Jika dia tidak siap, maka Anda dapat
memilih jodoh lain yang siap menjadi wanita sholehah, terutama dari kalangan
kader dakwah.
Wallahu a’lam bish showab
http://muhammad jamhuri.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar