Senin, 08 April 2013

Sikap Kepada Pacar Setelah Menjadi Kader Dakwah



@ssalamualaikum wr, wb pak ustadz..
pak'..sekarang ini saya menjalani yang namanya pacaran...
yang ingin saya tanyakan :
apa yang saya harus lakukan terhadap "pacar" saya tersebut ketika tahu bhwa "pacaran dalam islam itu diLarang.!" {saat ini saya merupakan 'kader' pks pak dan sebelum saya menjadi 'kader' saya sudah menjalani pacaran tsb pk'.dan masalah ni belum saya konsultasikan dengan murrabi saya}
terima kasih atas waktu-nya pa' ustadz..
semoga jawaban dari pak' ustadz dapat memberikan solusi positif.
jzkllah.

 
Andi Iqbal

 

JAWABAN:

Walaikumussalam Wr. Wb

Bersyukurlah kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada kita, Dia telah memberikan petunjuk dengan mengenalkan kita kepada jalan dakwah, jalan yang pernah ditapaki dan dilalui oleh para Nabi dan orang-orang sholeh. Dia telah mengenalkan kita bergabung dengan kafilah dakwah yang mubarokah insya Allah, Yang telah memperkenalkan kita memahami hukum Islam dan mengerti masalah agama. Semua itu karena Allah menghendeki kebaikan kepada kita semua. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Barangsiapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, maka Allah memahamkan padanya tentang agama” (HR: Bukhori-Muslim)

 

Dengan bergabungnya kita di kafilah dakwah sehingga memahami hukum-hukum agama, akhlak Islam dan ajarannya, maka insya Allah kita telah “dihantarkan” Allah kepada kebaikan.

 

Salah satu tanda syukur kita kepada Allah SWT adalah menjalankan petunjuk dan ajaran Allah SWT semampu yang bisa kita lakukan. Dengan begitu, maka kita akan mendapat limpahan nikmat lainnya yang saat ini belum Allah berikan. Sebaliknya, salahsatu tanda kufur nikmat adalah melanggar aturan dan ajaran Allah SWT. Firman Allah SWT:

 

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

 

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS.Ibrahim: 7)

 

Islam telah mengatur tata cara hubungan kita pada Allah, pada manusia dan semua makhluk. Termasuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan, baik kepada sesama keluarga (mahram) maupun pada orang lain (bukan mahram).

 

Beberapa petunjuk Rasulullah saw tentang hubungan laki-laki dan wanita yang bukan mahram antara lain:

وعن عقبة بن عامرٍ رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إياكم والدخول على النساء ! فقال رجلٌ من الأنصار: أفرأيت الحمو ؟ قال: الحمو الموت ! متفقٌ عليه.

Dari Uqbah bin Amir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu masuk kepada perempuan-perempuan!” maka seorang lelaki kaum Anshor bertanya, “Bagaimana jika dengan ipar suami?” Beliau menjawab, “Ipar suami adalah kematian(musibah)” (HR: Bukhori-Muslim)

وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لا يخلون أحدكم بامرأةٍ إلا مع ذي محرمٍ متفقٌ عليه.

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Janganlah sekali-kali seorang dari kamu berkholwat (berduaan) dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” (HR: Bukhori-Muslim)

 

Dari hadits di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan hukum:

  1. Dilarang bagi seseorang untuk berduaan bersama ipar suami atau isterinya yang berlainan jenis, karena akan mendorong kepada perbuatan tercela. Bahkan Imam Nawawi menyatakan bahwa kemungkinan terjadi fitnah dan keburukan bersama ipar lebih besar dibanding besama wanita lain. Karena dia tidak dicurigai orang lain sehingga akan leluasa melakukan sesuatu yang tercela.
  2. Dilarang berduaan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya tanpa ada kebutuhan yang diperbolehkan, kecuali didampingi

 

Persoalannya adalah bagaimana sikap seseorang saat sebelum menjadi kader telah berpacaran (khalwat),sedangkan saat ini dia telah menjadi kader dan sadar? Sementara barangkali dia khawatir bila sang pacar menjadi kalut, kaget dan stress bila ditinggal atau “diputus” oleh Anda?Atau bisa jandi Anda juga khawatir kehilangan si dia?

 

Dari keterangan di atas, maka dapat diambil beberapa opsi sikap:

Pertama, Jika Anda khawatir akan kehilangan atau berpisah dengan pacar Anda maka:

  1. Yakinlah dengan firman Allah swt bahwa Allah akan menjodohkan laki-laki yang baik dngan perempuan yang baik pula. Juga sebaliknya. Firman Allah SWT:

 

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

 

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS.An-Nur: 26)

  1. Yakinlah bahwa bahwa pacaran tidak akan menjamin mengantarkan kita pada perjodohan, bahkan karena pacaranlah banyak orang stress, menyita waktu dan hilangnya kesempatan sukses. Bahkan banyak yang gugur sebelum berkembang.
  2. Yakinlah bahwa apabila kita berada pada jalan Allah, maka Allah pasti akan memudahkan jalan-jalannya, termasuk mendapat jodoh yang sesuai dengan kriteria kita. Firman Allah SWT:

 

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

 

“Dan orang-orang yang bersunguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

 

Kedua, Adapun sikap Anda pada pacar Anda, maka jika Anda dan dia belum siap menikah saat ini, sampaikan hal-hal berikut ini dengan cara hikmah dan bijaksana:

  1. Jelaskan pada pacar, bahwa hukum pacaran -sebagaimana yang dipahami orang Indonesia sebagai kenal dan berdua-duan- adalah haram sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, dan bahwa pacaran lebih banyak dampak netagifnya dari pada positifnya
  2. Yakinkan bahwa pacaran tidak menjamin akan berlanjut ke pernikahan (jodoh).
  3. Menjelaskan padanya, bahwa Anda takut kepada Allah. Sampaikan, bahwa jika “kita” mau lanjut ke pernikahan, hendaknya saling bersabar dengan tidak pacaran, hingga Allah menjodohkan Anda dan dia jika Allah menghendaki. Namun selama belum akad, Anda jangan berhubungan lewat apapun dengan dia agar tidak ada peluang syetan untuk menggoda. Tapi Anda boleh berhubungan dengan saudara-saudaranya yang lelaki atau ayahnya.
  4. Sampaikan dakwah Anda kepada dia, ajak dia untuk mengikuti halaqah yang diadakan akhwat-akhwat kader, konsultasikan hal ini kepada murobbi Anda
  5. Tetap jadikan hubungan baik Anda dengan dia dan keluarganya sebagai asset dakwah, bagian orang yang perlu mendapat sentuhan dakwah. Karena itu lakukan hal-hal di atas dengan cara hikmah dan bijaksana.

 

Ketiga, Jika saat ini Anda dan dia sudah siap ke jenjang pernikahan, maka Anda boleh melamarnya, namun sampaikan visi misi Anda dalam pernikahan padanya, apalagi Anda telah menjadi kader dakwah, serta tanyakan kesiapan sang “pacar” untuk mengikuti langkah Anda dalam menggapai ridlo Allah SWT di jalan dakwah. Jika dia tidak siap, maka Anda dapat memilih jodoh lain yang siap menjadi wanita sholehah, terutama dari kalangan kader dakwah.

 

Wallahu a’lam bish showab

http://muhammad jamhuri.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar