Jumat, 19 April 2013

Hukum Keluar Dari Partai Dakwah



PERTANYAAN:

Assalamu'alaikum Ustadz. Semoga antum dalam lindungan Alloh SWT.
Perkenalkan, saya kader dari Tangerang yang ingin mencoba istiqomah dalam jama'ah dakwah ini.
Tetapi setelah lebih dari sepuluh tahun, ada banyak hal yang cukup mengganggu keikhlasan  dalam berkontribusi  pada dakwah ini.

1. Fenomena kronisme dalam struktur/tanzim hizbiyah,
2.  Banyak kacang yang lupa pada kulitnya.
Dua dari sekian banyak hal inilah yang menggiring emosional saya  menerima tawaran dari partai lain untuk bergabung. Bagaimana menurut Antum, Ustadz ? Jazakumulloh khoiron katsiron.
 
Achmad Bay

 

JAWABAN:

 

Wa'alaikumussalam Wr.Wb.

Adalah suatu kebaikan, jika setiap kader sebelum memutuskan suatu perkara yang strategis untuk ditanyakan atau dikonsultasikan kepada struktur di atasnya seperti yang ditanyakan penanya ini. Dan lebih baik lagi ketika kader menanyakannya kepada murobbi/Pembinanya langsung. Sebab, Pembina atau murobbi mempunyai tiga fungsi sekaligus:

  1. Sebagai Syaikh, yang memberi bekalan ruhiyah kepada binaannya, menghidupkan hatinya serta dapat menyejukkan pikirannya.
  2. Sebagai Guru, yang memberi bekal ilmu dan pengetahuan. Baik ilmu agama maupun ilmu umum, mentransfer pengetahuannya kepada binaaanya agar binaannya mempunyai bekal dalam hidup dan kehidupannya
  3. Sebagai orang tua, yang mendengar, merasa dan berupaya menyelesaikan masalah yang dihadapi binaannya seperti halnya menghadapi anaknya sendiri. Memperhatikan hal yang sepele dari binaannya seperti rumahnya, anak-anaknya, maisyahnya dan lain sebagainya, dan menasehati sera mencarikan solusi bagi masalah yang dihadapi binaannya.

Bila ketiga fungsi itu belum dirasakan manfaatnya, mungkin ada yang “salah” pada pembinanya. Maklum, Pembina atau murobbi juga adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.. Atau bisa jadi karena kita sendiri yang masih terus harus belajar.

Sifat salah dan kurang juga bukan hanya dimiliki oleh orang-perorang, namun kadang juga dimiliki oleh kumpulan orang. Bagaimana pun juga kumpulan orang yang banyak, tetap mereka adalah kumpulan manusia dan bukan kumpulan malaikat. Hanya saja perbedaannya, jika kesalahan itu dilakukan oleh seorang, maka dia akan menaggung akibatnya sendirian. Namun jika kesalahan itu dilakukan oleh kumpulan orang, maka mereka ikut saling menanggungnya dan dalam penyelesainnya pun akan dilakukan secara gotong royong (‘amal jama’i).

Sebagai contoh, saat syuro menghadapi perang Uhud, sebenarnya Nabi saw dan sahabat senior berpendapat ingin bertahan di kota Madinah, namun karena kaum Muda dari kalangan sahabat begitu semangat ingin menghadapi musuh di luar kota Madinah dan jumlah mereka lebih banyak dibanding sahabat senior, akhirnya syuro yang dipimpin Nabi saw memutuskan untuk keluar Madinah. Meski pada babak pertama kaum muslimin mendapat kemenangan, namun di akhir peperangan kaum muslimin mengalami kekalahan, dan banyak kaum muslimn yang tewas menjadi syuhada termasuk paman Nabi saw yang sangat dicintainya bernama Hamzah bin Abdul Muthollib. Namun, apapun hasilnya, itulah kesepakatan yang diambil bersama melalui syuro, dan kaum muslimin pun tidak saling menyalahkan di antara mereka.

Saudaraku yang saya cintai karena Allah. Sejak partai ini didirikan, kita telah memproklamirkan bahwa kita adalah partai dakwah, sedangkan politik adalah salah satu bagian terkecil saja dari medan dakwah yang luas. Jika kita berorientasi ingin berpartai saja dan ingin berpolitik saja serta meninggalkan sisi dakwahnya, maka partai ini bukanlah tempatnya. Pada suatu acara olahraga saya sering mengatakan pada kader, “Jika kader PKS tidak mau mengikuti mukhoyyam yang merupakan agenda dakwah, silakan cari partai yang tidak ada mukhoyyamnya”.

Pada dasarnya, dakwah ini tidak membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkan dakwah ini. Bersama atau tidak bersama kita pun, dakwah ini akan tetap melaju, kafilah dakwah akan terus berjalan. Sebab dakwah ini bukan milik seorang atau beberapa orang, tapi milik Allah SWT. Masih segar dalam ingatan kita saat kita belum bergabung dengan dakwah ini. Saat itu kita belum mengenal al-Islam secara kaffah, kita belum banyak memiliki hafalan ayat al-Qur’an, belum mengerti arti dan orientasi hidup. Namun setelah kita bergabung dalam kafilah dakwah ini, betapa kita mulai mencintai al-Qur’an, mengenal Allah, mengenal cara menghadapi kehidupan ini.

Bila dapat dikatakan bahwa kafilah dakwah ini adalah sebuah jamaah, dan memang sebuah jamaah minal muslimin, maka sebenarnya banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan kepada agar kita selalu hidup dalam jamaah:

Dalil ayat-ayat al-Qur’an:

 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (QS. Ali Imran: 103)

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”.(QS. Al-An’am: 159)

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمْ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imran: 105)

 

Dalil hadits-hadits Nabi saw:

واباكم والفرقة, وعليكم بالجماعة, فان الشيطان مع الواحد, وهو من الاثنبن أبعد

 

“Jauhilah olehmu perpecahan, dan hendaklah bersama jamaah, karena syaitan itu bersama orang yang sendirian, dan dia menjauh dari orang berdua” (HR: Tirmidzi)

 

من فارق الجماعة قيد شبر فقد خلع ريقة الاسلام من عنقه

“Barangsiapa memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja, maka dia telah melepas ikatan islam dari lehernya” (HR: Bukhori)

Yang dimaksud “melepas ikatan Islam dari lehernya” adalah bahwa ia telah jauh dari Islam, seperti kuda yang ikatan lehernya terlepas sehingga menjauh dari kandangnya.

يد الله مع الجماعة

“Tangan Allah bersama jamaah” (HR: Bukhori)

 

وأنا امركم بخمس الله أمرني بهن:: بالجماعة, والسمع والطاعة, والهجرة. والجهاد في سبيل الله, فان من خرج من الجماعة شبرا واحد فقد خلع ريقة الاسلام من عنقه الى أن يرجع. قالوا : يا رسول الله , وان صلى وان صام؟ قال: وان صلى وان صام وزعم أنه مسلم.

“Aku perintahkan kalian dengan lima perkara yang diperintahkan Allah padaku: berjamaah, mendengar, taat, hijrah, dan jihad di jalan Allah. Maka barangsaiapa yang keluar dari jamaah sejengkal saja maka dia telah melepas ikatan islam dari lehernya hingga ia kembali. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, Meskipun dia mengerjakan sholat dan zakat”? Rasulullah menjawab, “Meskipun dia mengerjakan sholat dan zakat serta mengaku muslim”( HR: Muslim)

 

ان الشيطان ذئب الانسان, كذئب الغنم, يأخذ الغنم القاصية والناحية. واياكم والشعاب, وعليكم بالجماعة

"Sesungguhnya syaitan itu adalah srigalanya manusia, sebagaimana srigalanya kambing yang menerkam kambing yang terpisah dan sendirian. Jauhilah (menyendiri) di lembah dan hendaklah bersama jamaah” (HR: Ahmad)

من رأى من أميره شيئا يكرهه فليصبر عليه, فان من فارق الجماعة شبرا فمات الا مات ميتة جاهلية

"Barangsiapa melihat dari pemimpinnya sesuatu yang dibencinya maka hendaklah ia bersabar, karena barangsiapa yang keluar dari jamaah sejengkal saja, lalu ia mati, maka ia mati dengan kematian jahiliyah” (HR: Bukhori)

ثلاثة لا تسأل عنهم: رجل فارق الجماعة, وعصى امامه ومات عاصيا, وأمة أو عبد أبق فمات, وامرأة غاب زوجها قد كفاها مؤنة الدنيا فتبرجت بعده فلا تسأل عنهم

“Tiga manusia janganlah engkau tegur (sapa) mereka; seseorang yang bercerai dari jamaah dan maksiat (melanggar) pada pemimpinnya serta mati dalam kemaksiatan, seorang hamba yang kabur lalu mati, dan wanita yang suaminya keluar sedang dia telah diberi kecukupan kebutuhan dunianya lalu bertabarruj setelah itu, maka janganlah tegur (sapa) mereka” (HR: Ahmad)

 

Kisah-kisah:

  1. Ada sebuah kisah yang berkaitan dengan hadits yang terakhir ini. Saat kaum muslimin mendapat perintah berjihad dalam perang Tabuk, seorang sahabat bernama Ka’ab bin Malik menunda-nunda keberangkatannya untuk berjihad, hingga akhirnya datang rasa malas dan tidak jadi berangkat berjihad. Saat perang usai dan kaum muslimin bersama Rasulullah saw kembali ke Madinah, Rasulullah saw tidak mau menegur Ka’ab bin Malik sebagai hukuman, beliau tidak menyapa dan tidak mau mengajak bicara Ka’ab bin Malik. Ternyata sikap Rasulullah saw itu diikuti oleh kaum muslimin, sehingga hidup Ka’ab terasa sendiri walau di tengah kaum muslimin, serasa hidup tidak berarti jika orang-orang tidak ada yang mau menyapanya. Namun ia sabar dan menerima hukuman yang diambil Rasulullah akibat tidak ikut serta dalam medan jihad. Di tengah keadaan seperti itu, tiba-tiba ia mendapat surat yang berisi tawaran dari raja Ghassan di Yaman untuk bergabung dengan mereka, bahkan mereka menawarkan posisi tertentu jika Ka’ab mau bergabung bersama mereka. Untung Ka’ab bin Malik masih punya iman. Saat ia membaca surat itu, ia berkata, “Musibah apa lagi yang ditimpakan padaku seperti ini?” ia tidak mengaggap tawaran itu sebagai kesempatan emas, tapi sebagai musibah baru. Lalu ia tetap sabar sampai Allah dan rasul-nya mengampuninya. Dan setelah berlalu limapuluh hari, barulah turun ayat yang menjelaskan pengampunan pada Ka’ab bin Malik, ia pun bersyukur.
  2. Ketika Khalid bin Walid memimpin suatu pasukan. Tiba-tiba ia kedatangan seorang utusan dari Madinah yang menyampaikan surat dari khalifah Umar bin Khattab. Dalam surat itu ada dua point penting yang disampaikan pada Khalid bin Walid yang telah menjadi panglima sukses dalam setiap peperangan yang dipimpinnya. Point pertama memberitakan bahwa Abu Bakar ra telah wafat dan sebagai penggantinya adalah Umar bin Khattab. Point kedua mengabarkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab memecat jabatan panglima Khalid bin Walid dan mengangkat Sa’ad bin Abi Waqqas (anak buahnya) sebagai penggantinya. Saat peperangan berkecamuk, Khalid bin Walid tetap maju bersemangat melawan musuh, tidak sedikitpun terjadi penurunan semangat mesti baru saja dipecat jabatannya. Seorang sahabat bertanya kepada beliau, “Mengapa engkau tetap bersemangat dan tidak menurun semangatmu meskipun baru saja engkau mendapat berita pemecatanmu?” Khalid bin Walid menjawab, “Aku berjuang dan bekerja bukan karena Amirul mu’minin tapi aku bekerja dan berjuang karena Tuhannya Amirul Mu’minin (Allah SWT)”

 

 

Kesimpulan dan Nasehat:

Dari penjelasan di atas, saya yakin saudaraku dapat menyimpulkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang saudaraku ajukan, apalagi saudaraku telah mengikuti tarbiyah selama 10 tahun sebagaimana yang saudaraku ceritakan.

Kemudian izinkan saya memberi nasehat atau taushiyah. Nasehat ini juga saya sampaikan untuk diri saya sendiri serta para kader:

  1. Hendaklah meluruskan niat perjuangan kita hanya karena Allah. Kuatkanlah rasa maiyyatullah (kebersamaan dengan Allah)
  2. Taatilah qiyadah (pimpinan) dalam hal ma’ruf, dan jangan taati dalam hal kemungkaran. Kritisilah dalam suasana ukhuwah hal-hal yang tidak baik. Karena kita bukan jamaah malaikat yang tidak pernah berbuat salah.
  3. Kedudukan tertentu di struktur partai atau jamaah atau jabatan di manapun bukanlah jaminan kita menjadi terbaik di sisi Allah, bisa jadi malah menjadi bumerang timbulnya sikap takabbur dan ujub diri. Selalulah berbuat terbaik dan mempersembahkan terbaik di posisinya masing-masing. Allah hanya melihat keistiqomah dan keikhlasan kita beramal,. “Sebaik-baik amal adalah kontinyuitasnya, walau amal itu sedikit”
  4. Selalu-lah melakukan istisyar (minta pendapat) kepada sesama ikhwah, murobbi dan bahkan struktur di atasnya dalam mengambil suatu keputusan atau mencari tabayun dari suatu persoalan. Jangan cepat menyimpulkan hanya karena mendengar pendapat dari seseorang,
  5. Bangunlah sifat saling percaya (tsiqoh) dan husnudz dzhon sesama kaum muslimin, apalagi sesama teman seperjuangan.
  6. Bersyukurlah kepada Allah yang telah memberikan nikmat berukhuwah dan berjamaah, sehingga kita mendapat hal-hal positif  darinya.
  7. Kuatkanlah diri dengan memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah. Dia-lah tempat memohon dan berserah diri. Perbanyaklah amalan sunnah setelah yang wajib, karena Allah akan mencintai orang yang memperbanyak amal, sehingga pendengarannya adalah pendengaran Allah, penglihatannya adalah penglihatan Allah, tangan yang diulurkannya adalah “tangan’ Allah.

 

Demikinalah, semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam naungan hidayah dan rahmat-Nya. Amin

ان اريد الا الاصلاح ما استطعت وما توفيقي الا بالله

Wallahu a’lam bish-showab
Akhu-kum fillah : Muhammad Jamhuri

1 komentar:

  1. Matur suwun terima kasih ustad atas pencerahannya. Maaf sy bukan satu partai dengan panjenengan, sy juga tdk berpartai meski warga nahdliyyin, sy ingin menjadi umat Islam yang baik yang mengabdi kepada Allah SWT dan RasulNya. Semoga Ustad selalu mendapat kelimpahan Rahmad dari Allah SWT. Amin

    BalasHapus